kesehatan

Sunday, August 26, 2007

Mengapa Harus Benci Susu?

Mengapa Harus Benci Susu?

Kirim Teman | Print Artikel

Senior

Oleh Ir Elvira Syamsir-Siswanto,M.Si. Staf pengajar pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor

Ucok betul-betul tak enak hati. Tiap apel malam mingguan, pacar dan calon mertua selalu memaksanya minum susu. Padahal, Ucok sangat membenci susu. "Dulu pernah mencoba. Habis minum, perutku sakit dan kembung," curhatnya pada Jalil, teman satu kos. Perut Ucok memang tidak cocok mengonsumsi susu. Meski hati kecilnya tak yakin harus bermusuhan dengan pelengkap 4 sehat 5 sempurna itu.

"Akankah seumur hidupku harus memusuhi susu?" jeritnya dalam hati. Jawaban buat jeritan Ucok tadi tentu saja: tidak!

Begini ceritanya. Pada sejumlah orang, Ucok contohnya, mengonsumsi susu segar memang dapat menyebabkan masalah pencernaan.

Salah satu penyebab masalah itu, kurangnya sekresi enzim galaktosidase, yang harusnya bertugas memecah gula susu atau laktosa di dalam saluran pencernaan. Karena laktosa itu tidak dicerna dengan baik oleh tubuh, dia kemudian dipecah oleh bakteri penghasil gas yang terdapat di dalam usus. Nah, menumpuknya gas inilah yang berpotensi menyebabkan sakit perut, perasaan kembung dan tak jarang diikuti diare. Biasanya menyerang orang-orang yang jarang mengonsumsi susu.

Seperti Ucok, penderitanya biasanya menyimpulkan dengan gampang, bahwa perutnya antisusu. Semua jenis susu dianggap sebagai musuh nomor satu. Padahal, masih ada produk berbahan dasar susu, yang justru bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan susu konvensional, yakni susu fermentasi. Bakteri asam laktat yang terdapat di dalam susu fermentasi dapat memecah laktosa yang tidak dapat dipecah oleh galaktosidase. Laktosa tadi kemudian diubah menjadi asam laktat.

Selain itu, kayanya kandungan bakteri asam laktat otomatis membuat kadar gula susu fermentasi menjadi jauh lebih rendah daripada kadar laktosa susu segar. Mereka yang tubuhnya, karena alasan tertentu, kekurangan enzim galaktosidase bisa tetap minum susu tanpa khawatir saluran pencernaannya bermasalah. Akumulasi asam laktat pada susu fermentasi juga menghambat pertumbuhan mikroba patogen dan pembusuk, sehingga umur simpannya bisa lebih panjang ketimbang susu segar.

Yang termasuk dalam bakteri asam laktat adalah lactobacilli (Lactobacilus spp.), bifidobacteria (Bifidobacterium spp.), dan lactic cocci (Streptococcus, Peptococcus, dan Leuconostoc spp.). Berdasarkan jenis bakteri yang digunakan, produk susu fermentasi yang sekarang beredar di pasaran dapat dibagi ke dalam tiga kelompok. Pertama, susu fermentasi yang dibuat menggunakan bakteri asam laktat yang bukan mikroflora normal di dalam saluran usus.

Kedua, susu fermentasi yang dibuat menggunakan bakteri asam laktat yang dapat mencapai usus dalam keadaan hidup, tetapi bukan penghuni tetap saluran usus. Ketiga, susu fermentasi yang dibuat dengan memanfaatkan asam laktat mikroflora alami saluran usus. Jika ditambahkan dalam minuman susu fermentasi, bakteri yang disebut terakhir ini dapat mencapai usus dalam kondisi hidup dan menetap di dalam saluran usus. Untuk mengetahui cara pembuatan setiap susu fermentasi, bacalah kemasan masing-masing produk.

Ucok pun tak lagi harus minder karena tak bisa minum susu saban pagi dan malam. Pasalnya, dalam hal menjaga kesehatan, susu fermentasi tak kalah trengginas dan susu segar. Selain bagus buat mereka yang bermasalah dengan enzim pemecah gula susu, minuman fermentasi bagus juga dimanfaatkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri merugikan. Badan pun jadi lebih kebal penyakit.

Bakteri asam laktat juga menghilangkan komponen-komponen penyebab kanker, dengan menekan pertumbuhan bakteri berbahaya penghasit bahan karsinogenik. Dia juga memperkaya nutrisi dengan mensintesis vitamin B kompleks dan meningkatkan penyerapan kalsium. Khusus bakteri asam laktat dari kelompok Bifidobacterium, bahkan dapat memperbaiki sistem metabolisme protein, mencegah sembelit, serta membantu proses pengobatan lever.

Enggak ada lagi alasan memusuhi susu ‘kan? (Intisari)

Berita Lain

1 Comments:

Post a Comment

<< Home