kesehatan

Friday, November 18, 2005

Jus Delima: "Viagra Natural" yang Menyehatkan!

Jus Delima: "Viagra Natural" yang Menyehatkan!

Jakarta, Senin


The Sun

Dokter telah menemukan Viagra alamiah — jus buah delima!

Sejumlah dokter di the University of Boston, Amerika, melakukan uji coba khasiat buah delima terhadap kelinci jantan. Hasilnya, jus buah delima, terbukti meningkatkan aliran darah menuju penis -- yang tentu saja bisa membantu pria yang mengalami masalah seksual.

Jus buah delima juga tinggi kandungan flavonoidnya --suatu jenis antioksidan kuat yang penting perannya untuk menurunkan radikal bebas, serta mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung dan kanker.

Dokter yakin, pria bakal menikmati banyak keuntungan dari buah delima atau pomegranate yang warna buahnya bermacam-macam ini: ada yang merah, ungu mengilat, putih, dan hijau kekuningan.

Dalam satu gelas sari delima diketahui lebih banyak kandungan antioksidannya dibandingkan dengan satu gelas red wine, green tea atau orange juice.

Antioksidan dipercaya mempunyai peran penting terhadap kesehatan, khususnya dalam mencegah dan memerangi penyakit-penyakit degeneratif, seperti CHD (coronary heart disease) dan kanker.

Tak cuma kehidupan cinta yang sehat, jantung pun lebih sehat karena jus ini juga ampuh
membersihkan "karat lemak" pipa pembuluh darah. Anda tahu, bila pembuluh otak, jantung, mata, dan ginjal berkarat lemak, bisa fatal akibatnya. Anda bisa terkena serangan jantung, stroke dan segudang penyakit lainnya.

Tak heran, dalam Budhisme buah delima tergolong dalam 3 buah yang terberkati, selain citrus, dan peach. (zrp/thesun)

Viagra soothes the heart

Viagra soothes the heart
Impotence drug is rebranded to tackle fatally high blood pressure.

Charlotte Schubert


Easy bleeding: Viagra can loosen blood vessels in the penis and the lungs.
© Alamy
The little blue pill famous for enhancing love lives is now being used to treat the heart. Research showing how Viagra acts above the belt has put the pill on pharmacy shelves in a repackaged form, to help the sufferers of a devastating heart and lung condition.

Pulmonary arterial hypertension delivers its blow mainly to young women, killing about half of those afflicted within five years of diagnosis. The condition, which affects about 100,000 people worldwide, causes tiny blood vessels in the lungs to thicken and narrow, often for no apparent reason.

The lung damage puts huge pressure on the heart via the pulmonary artery, the big vessel that shunts blood from the heart to the lungs. Patients suffer from poor oxygenation of their blood, weakness and shortness of breath. They often die from heart failure.

"It's tragic to see a 32-year-old mom who can barely walk across the room," says David Kass, a cardiologist at Johns Hopkins University in Baltimore, Maryland. "Anything that can make these people feel better is a big deal."

Little white pill

Drugs currently prescribed for this disease can help patients live more comfortably but they cost some US$20,000 per year says Kass. Viagra (sildenafil citrate), famous for opening up blood vessels, provides a cheaper option.

On the back of a large trial, published in the New England Journal of Medicine1 this week by Nazzareno Galiè from the University of Bologna, Italy, Pfizer has repackaged the drug as Revatio. It has had the little white pill on drugstore shelves in the United States since July. This month the drug was approved for pulmonary arterial hypertension in Europe too.

Experts say the drug might help a wide variety of more common heart and lung troubles. Researchers are even investigating whether the pill could protect mountaineers from the potentially lethal effect on the heart of high altitude and low oxygen levels.

Rush of blood to the lungs

ADVERTISEMENT
When drug developers first invented Viagra they were looking for a treatment for common heart disease. The drug did not work too well for that, but male patients certainly seemed to enjoy the side effects.

The drug inhibits a specific enzyme, and this helps to dilate blood vessels in the penis, causing blood to rush in and enhancing an erection. The same enzyme also happens to be prevalent in the lung. Experts suspect that the drug dilates blood vessels in the lung and inhibits the growth of cells that block the blood vessels, enhancing blood flow and putting less pressure on the heart.

In Galiè's trial, 278 sufferers were given either Viagra pills or a placebo three times a day. After 12 weeks, the treated subjects had reduced pressure in their pulmonary artery and had more spring in their step. In a standard, six-minute walking test, subjects walked about 45 metres further than they did before the treatment.

Top
References

1. GalièN., et al. New England Journal of Medicine, 353. 2148 - 57 (2005).

Viagra Menenangkan Jantung

Viagra Menenangkan Jantung

Viagra tidak hanya mengobati impotensi?


Viagra, yang populer sebagai obat impotensi, juga digembar-gemborkan bisa mengatasi tekanan darah tinggi. Pil kecil berwarna biru yang terkenal untuk memperbaiki hubungan percintaan ini sekarang digunakan juga untuk mengendalikan detak jantung. Para peneliti menunjukkan bagaimana Viagra dalam bentuk lain dapat membantu para penderita penyakit jantung dan paru-paru.

Tekanan darah tinggi pada bagian pembuluh darah arteri pulmonar terutama banyak diderita pada wanita muda. Kondisi seperti ini telah membunuh setengah dari penderitanya dalam waktu lima tahun setelah didiagnosis. Penyakit yang menyerang 100 ribu orang di seluruh dunia ini menyebabkan pembuluh darah di paru-paru semakin mengecil dan menipis. Penyebabnya seringkali tidak diketahui.

Kerusakan pada paru-paru menyebabkan tekanan besar pada jantung melalui arteri pulmonar, pembuluh darah besar yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru. Pasien yang kekurangan oksigen pada darahnya akan bernapas dengan buruk dan pendek. Mereka sering mati karena gagal jantung.

"Tragis melihat seorang ibu berusia 32 tahun kesulitan berjalan melalui ruangan," kata David Kass, seorang ahli kardiologi di Johns Hopkins University di Baltimore, Maryland. Jadi, segala sesuatu yang dapat membuat mereka lebih baik sangat dibutuhkan.

Menurut Kass, obat yang telah digunakan sebelumnya untuk mengobati penyakit ini dapat membantu pasien hidup lebih nyaman. Tapi, mereka harus mengeluarkan biaya sebesar 20 ribu dollar AS setiap tahun. Viagra atau sidenafil citrate yang dikenal dapat membuka pembuluh darah merupakan pilihan yang lebih murah.

Percobaan besar yang dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine edisi minggu lalu oleh Nazzareno Galie dari University of Bologna, Italia, menyatakan bahwa Pfizer telah mengemas ulang Viagra dengan nama Revatio. Mereka telah menjual pil kecil berwarna putih di toko-toko obat di AS sejak Juli. Bulan ini, pil tersebut diakui sebagai obat tekanan darah tinggi pada arteri pulmonar di Eropa.

Para ahli menyatakan bahwa Revatio mungkin membantu berbagai penderita masalah jantung dan paru-paru. Para peneliti telah mempelajari apakah pil tersebut dapat mencegah para pendaki gunung dari pengaruh mematikan naiknya tekanan darah saat berada pada ketinggian di mana level oksigennya rendah.

Saat para pengembang obat menemukan Viagra, mereka memang melihat peluangnya untuk mengobati penyakit jantung. Obat tersebut diketahui tidak bekerja dengan baik untuk jantung, tapi pasien pria justru menikmati pengaruh sampingannya. Ia menghalangi enzim tertentu dan memperbesar pembuluh darah di penis sehingga menyebabkan darah mengalir lebih lancar sehingga muncul ereksi.

Enzim yang sama juga muncul di paru-paru. Para ahli menduga bahwa pengaruh obat - memperbesar pembuluh darah di paru-paru dan mencegah pertumbuhan sel-sel yang menutup pembuluh darah - akan memperbaiki aliran darah dan menurunkan tekanan darah di jantung.

Pada percobaan yang dilakukan Galie, sebanyak 278 penderita diberi pil Viagra dan placebo tiga kali sehari. Setelah 12 minggu, subjek yang diperiksa mengalami penurunan tekanan pada arteri pulmonar dan lebih lancar dalam melangkah. Dalam pengujian langkah selama enam menit, mereka dapat berjalan 45 meter lebih jauh daripada sebelum diobati.